Hegemoni Pendidikan Kolonial dan Munculnya Amtenar Bumiputra Di Jawa (1900–1932)
Abstract
Colonial education not only produced educated individuals who openly resisted the colonial government but also those who chose to become civil servants (ambtenaar). This study aims to examine the forms of educational hegemony during the colonial period and its influence on the emergence of Bumiputra ambtenaar in Java. Employing historical methods, this research utilizes secondary sources such as scholarly articles, theses, and books, as well as primary sources like the newspapers De Indische Courant, Sin Jit Po, and others. The findings reveal that hegemonic aspects in education manifested through the inculcation of values aligned with colonial interests, such as work skills, loyalty, and a Western-oriented education system, while avoiding elements that might challenge the status quo. This hegemonic education led educated Bumiputra to prefer becoming ambtenaar rather than openly resisting the colonial government. However, ambtenaar did not always remain servants of the colonial administration. Mockery, wage discrimination, and exposure to anti-colonial ideologies eventually led some ambtenaar to turn against the colonial system. Thus, colonial education did not solely produce two static actors—those who complied or those who resisted—but also created a dynamic group whose behavior could shift depending on specific situations and conditions.
Abstract
Pendidikan kolonial tidak hanya menghasilkan orang-orang terdidik yang secara terang-terangan melawan pemerintah kolonial tapi juga orang-orang yang memilih menjadi pegawai negeri (amtenar). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk hegemoni pendidikan pada masa kolonial dan pengaruhnya terhadap kemunculan ambtenaar Bumiputra di Jawa. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan memanfaatkan sumber sekunder seperti artikel ilmiah, tugas akhir, dan buku, serta sumber primer seperti koran De Indische Courant, Sin Jit Po, dan lain-lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek hegemonik dalam pendidikan termanifestasi melalui penanaman nilai-nilai yang sejalan dengan kepentingan kolonial, seperti kecakapan kerja, loyalitas, dan sistem pendidikan yang berorientasi Barat, sambil menghindari elemen-elemen yang berpotensi mengancam status quo. Pendidikan yang hegemonik itu membuat kaum terdidik Bumiputra lebih memilih menjadi amtenar daripada secara terang-terangan melawan pemerintah kolonial. Namun tidak selamanya para amtenar itu menjadi pelayan pemerintah kolonial. Cemoohan, diskriminasi gaji, dan persentuhan dengan ideologi anti-kolonialisme membuat para ambtenaar ini berbalik arah melawan sistem kolonialisme. Dengan demikian, pendidikan kolonial tidak hanya melahirkan dua aktor yang sifatnya statis—kelompok yang patuh atau pembangkang—tetapi juga menciptakan kelompok yang dinamis, yang perilakunya dapat berubah bergantung pada situasi dan kondisi tertentu.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Adinda Puspita Ningrum, Arnazaye, F. K., & Ricko Adi Wicaksana. (2023). Analisis faktor motivasi mahasiswa untuk menjadi pegawai pemerintah. Jurnal Publik, 17(2), 87–103. https://doi.org/10.52434/jp.v17i02.190
Anonim. (1918). Geschiedkundige nota over een Indisch bezoldigingsstelsel. Batavia—Landsdrukkerij.
Anonim. (1932). Richtlijnen voor een Indisch bezoldigingsstelsel. Landsdrukkerij Batavia.
Bella Astari Patta. (2023). Ambtenaar bumiputera di kota makassar tahun 1906-1942 [Skripsi]. Universitas Hasanuddin.
Came, H., Kerrigan, V., Gambrell, K., Simpson, T., & Goza, M. (t.t.). Unravelling colonial education: From dazzling white to deliberately decolonised and supporting the case for indigenous universities. Whiteness and Education, 0(0), 1–17. https://doi.org/10.1080/23793406.2024.2376018
Christiaan Lambert Maria Penders. (1968). Colonial education policy and practice in indonesia: 1900-1942. Australian National University.
Dawson, D. (1982). Educational hegemony and the phenomenology of community participation. The Journal of Educational Thought (JET) / Revue de la Pensée Éducative, 16(3), 150–160.
Djalins, U. (2013). Re-examining subject making in the netherlands east indies legal education: pedagogy, curriculum, and colonial state formation. Itinerario, 37(2), 121–146. https://doi.org/10.1017/S0165115313000491
Djoened Poesponegoro, M., & Notosusanto, N. (Ed.). (2019). Sejarah Nasional indonesia: zaman kebangkitan nasional dan masa hindia belanda (7 ed.). Balai Pustaka.
Djohan Makmur, Pius Suryo Haryono, Sukri Musa, & Hadi S. (1993). Sejarah pendidikan di indonesia zaman penjajahan. Manggala Bhakti.
Emerson, R. (1946). Education in the netherlands east indies. The Journal of Negro Education, 15(3), 494–507. https://doi.org/10.2307/2966115
Esa Susanti Putri. (2018). Perkembangan sekolah algemeene middelbare school (ams) di yogyakarta tahun 1919-1942. Ilmu Sejarah - S1, 3(7), Article 7.
Fakhriansyah, M., & Patoni, I. R. P. (2019). Akses Pendidikan bagi pribumi pada periode etis (1901-1930). Jurnal Pendidikan Sejarah, 8(2), Article 2. https://doi.org/10.21009/JPS.082.03
Frank, D. (2005). Nasionalisme baru intelektual indonesia tahun 1920-an. Gadjah Mada University Press.
Giuseppe Vacca. (2021). The concept of hegemony. Dalam Alternative Modernities: Antonio Gramsci’s Twentieth Century. Palgrave Macmillan.
Gouda, F. (2007). Dutch culture overseas: praktik kolonial di hindia belanda, 1900-1945 (S. Jugiarie & S. Riella Rusdiarti, Penerj.). Serambi.
Hendri Saputra. (2024). Suria kartalegawa, tokoh pribumi yang menolak keras kemerdekaan ri 1945, ini alasannya! rakyatbengkulu.disway.id. https://rakyatbengkulu.disway.id/read/690094/suria-kartalegawa-tokoh-pribumi-yang-menolak-keras-kemerdekaan-ri-1945-ini-alasannya
Herman, H. (2020). Kolonialisme, pendidikan, dan munculnya elit (minangkabau modern: sumatera barat abad ke-19). Tarikhuna: Journal of History and History Education, 2(2), Article 2.
Indah, W., Maskun, M., & M, S. (2013). Kebijakan pemerintah hindia belanda mengenai pendidikan bagi kaum bangsawan di indonesia tahun 1990-1920. PESAGI (Jurnal Pendidikan Dan Penelitian Sejarah), 1(2), Article 2. https://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/PES/article/view/476
Ingleson, J. (1988). Urban java during the depression. Journal of Southeast Asian Studies, 19(2), 292–309.
Irfan Teguh Pribadi. (2019, Oktober 30). Soeria kartalegawa, menak sunda di pusaran masa peralihan. tirto.id. https://tirto.id/soeria-kartalegawa-menak-sunda-di-pusaran-masa-peralihan-ef8a
Kartodirdjo, S. (2018). Pengantar sejarah indonesia baru: sejarah pergerakan nasional dari kolonialisme sampai nasionalisme. Ombak.
Latif, Y. (2012). Intelegensia muslim dan kuasa: genealogi inteligensia muslim indonesia abad ke-20. Democracy Project.
Legge, J. D. (1993). Kaum intelektual dan perjuangan kemerdekaan: peranan kelompok sjahrir. Pustaka Utama Grafiti.
Lourdes Diaz Soto & Haroon Kharem. (2006). A Post-monoligual education. International Journal of Educational Policy, Research, & Practice: Reconceptualizing Childhood Studies, 7, 21–34.
Marudut Bernadtua Simanjuntak. (2022). The moral value of the film “bumi manusia.” Khatulistiwa: Jurnal Pendidikan dan Sosial, 2(1), 100–107.
Muhammad Rifa’i. (2020). Sejarah pendidikan nasional: dari masa klasik hingga modern (2 ed.). Ar-Ruzzmedia.
Nasution. (2008). Sejarah pendidikan indonesia (3 ed.). PT Bumi Aksara.
Nina H. Lubis. (1998). Kehidupan kaum menak priangan 1800-1942. Pusat Informasi Kebudayaan Sunda.
Novriyanto, Y., Apriyana, S. B., & Komariyah, S. (2022). Pengaruh pengaruh kebijakan politik etis terhadap perkembangan pendidikan di indonesia: awal kebijakan politik etis terhadap pendidikan, sistem pendidikan di zaman belanda, lembaga pendidikan belanda. Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Sosial, 1(1), Article 1. https://doi.org/10.58540/jipsi.v1i1.17
Ricklefs, M. C. (2008). A history of modern indonesia since c.1200 (4 ed.). Palgrave Macmillan.
Rizqi Aunur Rahman. (2022). Nasionalisme dan Etnonasionalisme: Di antara Raden Tumenggung Ario (Mas) Sewaka dan Raden adipati aria moehammad moesa soeria kartalegawa pada tahun 1947 [Skripsi]. Universitas Pendidikan Indonesia.
Sbk, A. N. D. (2020). Studi historis sekolah kedokteran di indoensia abad xix. Agastya: Jurnal Sejarah Dan Pembelajarannya, 10(2), Article 2. https://doi.org/10.25273/ajsp.v10i2.6481
Suratminto, L. (2013). Education policy in the colonial era. Historia: Jurnal Pendidik Dan Peneliti Sejarah, 14(1), Article 1. https://doi.org/10.17509/historia.v14i1.1923
Sutherland, H. (1983). Terbentuknya sebuah elite birokrasi (sunarto, penerj.). sinar Harapan.
Suwignyo, A. (2013). The great depression and the changing trajectory of public education policy in indonesia, 1930–42. Journal of Southeast Asian Studies, 44(3), 465–489.
Suwignyo, A. (2019). Pendidikan, kekuasaan dan kolonialisme. Selarung Institute.
Thang, N. V., Phuc, N. H., Trong, D. V., Kiet, L. H., & Hiep, T. X. (2024). Another perspective in the education of netherlands in indonesia during colonial period (1799—1942). Journal of Educational and Social Research, 14(4), Article 4. https://doi.org/10.36941/jesr-2024-0112
van der Meer, A. (2020). Disrupting the colonial performance: dalam performing power (hlm. 77–110). Cornell University Press; JSTOR. http://www.jstor.org/stable/10.7591/j.ctv1hbf2dd.9
van Niel, R. (2009). Munculnya elit modern indonesia. Pustaka Jaya.
Wibowo, A. S. (2018). Study of building typology of school constructed during the Dutch Colonial Period in Indonesia. Case study of Hoogere Burgerschool (HBS) in Bandung. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 126(1), 012077. https://doi.org/10.1088/1755-1315/126/1/012077
Yudi Agung Franata, Andi Zainal Abidin, & Kasful Anwar US, Sya’roni. (2024). Politik dan kebijakan pendidikan islam di indonesia. Jurnal Budi Pekerti Agama Islam, 2(5), 284–296.
(1907, Agustus 14). De standaard.
(1909, Agustus 28). De locomotief.
(1911a, Agustus 16). Algemeen Handelsblad.
(1911b, September 23). Sumatra-bode.
(1911c, Oktober 14). De locomotief.
(1912a, April 1). De Preanger-bode.
(1912b, April 10). De nieuwe vorstenlanden.
(1913, September 17). De Preanger-bode.
(1914, Juli 8). De nieuwe courant.
(1915, Mei 31). Bataviaasch nieuwsblad.
(1919, Januari 1). Koloniaal tijdschrift.
(1921, Oktober 14). Bataviaasch nieuwsblad.
(1923, Maret 15). Algemeen Handelsblad.
(1927, September 9). De Indische courant.
(1930a, Mei 26). Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië.
(1930b, Juli 11). Sin Jit Po.
(1931, April 10). Emmer couran.
(1932, Desember 29). Soerabaijasch handelsblad.
(1933, November 27). De Sumatra post.
DOI: https://doi.org/10.17509/historia.v7i2.73863
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2024 Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah
INDEXED
TOOLS
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Alamat Redaksi: Gedung Numan Soemantri, FPIPS UPI, Departemen Pendidikan Sejarah, Lantai 2, Jl. Dr. Setiabudhi No 229 Bandung, 40154