Nilai-Nilai Nasionalisme Perjuangan Hassan Basry sebagai Sumber Belajar Sejarah
Abstract
Nasionalisme Indonesia saat ini sedang mengalami degradasi yang diantaranya ditandai dengan semakin tingginya angka korupsi baik di kalangan pejabat pusat maupun daerah; eksploitasi terhadap alam (SDA) secara massif yang berdampak terhadap kehidupan masyarakat; dan semakin tingginya sikap intoleransi yang mengarah kepada disintegrasi bangsa. Di sisi lain, kurang optimalnya kemampuan guru sejarah dalam memanfaatkan sumber-sumber lokal, seperti peran Hassan Basry dalam mempertahankan kemerdekaan di Kalimantan Selatan yang berimplikasi terhadap rendahnya pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap sejarah lokalnya. Hassan Basry adalah tokoh pejuang pada periode revolusi fisik (1945-1949) yang memiliki peran penting dalam mempertahankan kemerdekaan di bumi Lambung Mangkurat. Pernyataan “Proklamasi 17 Mei” di Kandangan oleh Hassan Basry, mengandung nilai nasionalisme yang memiliki fungsi strategi terhadap pembentukan karakter bagi peserta didik melalui pembelajaran sejarah. Pernyataan tersebut mengandung nilai-nilai nasionalisme yang sangat penting diinternalisasikan dan ditransformasikan kepada peserta didik sebagai sumber belajar sejarah. Nilai nasionalisme Hassan Basry tidak berhenti pada periode revolusi fisik, tapi berlanjut hingga pascarevolusi fisik, yakni menggagas dan menjadi presiden (rektor) pertama Universitas Lambung Mangkurat (ULM) (1958).
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Anwar, C. (2014). “Internalisasi Semangat Nasionalisme Melalui Pendekatan Habituasi (Perspektif Filsafat Pendidikan)”. Jurnal Analisis (Jurnal Studi Keislaman), 14 (1), Juni. Online: https://media. neliti.com/media/publications/57533-ID-internalisasisemangat-nasionalisme-mela.pdf. [Diakses tanggal 2 februari 2019]
Asnawi, A. (1994). Sejarah Perjuangan Rakyat Menegakkan Kemedekaan Republik Republik Indonesia di Kalimantan Selatan (1945-1949). Banjarmasin: Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan.
Barjie, A. B. (2013). Tokoh Banjar Dalam Sejarah (Antara Legenda dan Kisah Nyata). Banjarmasin: CV. Rahmat Hafiz Al Mubaraq.
Basry, H. (2003). Kisah Geriya Kalimantan Jilid I dan Jilid II. Banjarmasin: Yayasan Bhakti Banua.
Djono. (2011). “Pengembangan Bahan Ajar Sejarah Berbasis Muatan Lokal”. Dalam Agus Mulyana dan Wawan Darmawan (Ed.), (2011), “Pendidikan Sejarah dalam Membangun Masa Depan Bangsa”. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sejarah, UPI Bandung.
Herbani, A. (2016). “Peran Museum Sasana Wiratama Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Masyarakat Desa Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta”. Jurnal Istoria: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sejarah, 11 (2), Maret, hlm. 71-78. Online: https://journal. uny.ac.id/index.php/istoria/article/view/9556. [Diakses 9 Februari 2019].
Ideham, I. (2004). Sejarah Banjar. Banjarmasin: Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.
Kahin, G. M. (1995). Nasionalisme dan Revolusi Indonesia. Surakarta: Sebelas Maret University Press bekerjasama dengan Pustaka Sinar Harapan.
Kemendikbud. (2010). Bahan Pelatihan: Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kemendikbud Balai Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
Kochar, S. K. (2008). Pembelajaran Sejarah: Teaching of History. Jakarta: Grasindo.
Lamato, S. A. & Sudrajat, A. (2016). “Penanaman Kesadaran Sejarah Dan Sikap Nasionalisme Dalam Pembelajaran Sejarah Di Sma Negeri 2 Banggai”. Jurnal Istoria: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sejarah, 12 (1), 1 September, hlm. 71-78. Online: https://journal.uny.ac.id/index.php/istoria/ article/view/9556. [Diakses 9 Februari 2019].
Manihuruk, A. E. (1984). Mengenang Alm, Brigjend (TNI) Purn. Hassan Basry, Bapak Gerilya Kalimantan. Banjarmasin: DPD AMPI.
Miles, M. B. & Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.
Mulyasa, E. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Prastowo, A. (2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.
Rahmani. (80 tahun). Pekerjaan: Veteran Pejuang Revolusi Fisik (1945-1949). Alamat: Banjarmasin. Tanggal Wawancara: 13 Maret 2018.
Ridha Tahya Basry. (59 tahun). Pekerjaan: Pensiunan Bank. Putera kedua Brigjend Hassan Basry. Alamat: Banjarmasin. Tanggal Wawancara: 17 Maret 2018.
Sakaruddin. (84 tahun). Pekerjaan: Veteran Pejuang Revolusi Fisik. Alamat: Banjarmasin. Tanggal Wawancara: 12 Maret 2018.
Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Smith, A. D. (2003). Nasionalisme: Teori, Ideologi, Sejarah. Jakarta: Erlangga.
Syaharuddin. (2017). Orang Banjar Menjadi Indonesia: Dinamika Organisasi Islam di Borneo Selatan, 1912-1942. Yogyakarta: Eja Publisher.
Tati, A. D. R. (2016). “Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Muatan Lokal Sejarah dan Budaya Kabupaten Bone di Sekolah Dasar”. Jurnal Istoria: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sejarah, 12 (1), 1 September, hlm. 73-86. Online: https://journal.uny.ac.id/index.php/istoria/ article/view/9556. [Diakses tanggal 9 Februari 2019]
Wajidi. (2015). Revolusi Kemerdekaan di Kalimantan Selatan 1945-1949. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Wajidi. (48 tahun). Pekerjaan: PNS Pada Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Kalimantan Selatan. Alamat: Banjarmasin. Tanggal Wawancara 10 Maret 2018.
Widja, I. G. (1989). Sejarah Lokal Suatu Perspektif dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta: Depdikbud.
Wiriaatmadja, R. (2002). Pendidikan Sejarah di Indonesia: Perspektif Lokal, Nasional dan Global. Bandung: Rizqi Offset.
DOI: https://doi.org/10.17509/historia.v2i2.16632
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2024 Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah
INDEXED
TOOLS
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Alamat Redaksi: Gedung Numan Soemantri, FPIPS UPI, Departemen Pendidikan Sejarah, Lantai 2, Jl. Dr. Setiabudhi No 229 Bandung, 40154