IDENTITAS DAN PERAN GENDER PADA MASYARAKAT SUKU BUGIS
Abstract
Gender merupakan karakteristik kepribadian seseorang dan dipengaruhi oleh peran gender yang dimilikinya. Identitas dan peran gender merupakan sebuah karakteristik yang memiliki determinan lingkungan yang kuat dan berkaitan dengan dimensi maskulin versus feminine. Keberadaan suku bugis yang memiliki tradisi dan kebudayaan yang begitu unik dan berbeda dengan masyarakat indoensia pada umumnya, yaitu memiliki lima gender yang berbeda dan memiliki peran masing-masing, menimbulkan pertanyaan bagaimana fungsi identitas dan peran gender pada masyarakat bugis tersebut. Data dikumpulkan dengan strudi litelatur, menggunakan pendekatan kualitataif deskriptif analitis. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa identitas dan Peran gender masih tetap melekat pada setiap individu walau dengan identitas gender yang lebih beragam. Dan dengan resiko terjadinya diskriminasi dan penolakan dari lingkungan sekitar mereka
Full Text:
PDFReferences
Abdullah, H. (1985). Manusia Bugis Makassar: Suatu tinjauan historis terhadap pola tingkah laku dan pandangan hidup manusia Bugis Makassar. Jakarta: Inti Idayu Press.
Abidin, Zainal. (2007). Analisis eksistensial. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Brawn, D. M. (1993). Immanent domains: Ways of l iving in Bone, Indonesia. Ph.D Thesis. Anthropology Department, Michigan:
the University of Michigan.
Eckert, Penelope. 1998. Gender and Sociolingustic Variation. In Jennifer Coates. Language and Gender. Massachusets:
Blackwell Publisher, Ltd, pp 64-75
Fakih, Mansour. (2013). Analisis Gneder dan Transformasi Sosial.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Hyde, Janet Shibley. 2007. Half the Human
Experience: The Psychology of Women.
USA: Houghton Mifflin Company
Idrus, N. I. (2003). To take each other: Bugis practice of gender, sexuality, and
Mustadjar, M. (2013). Gender in the Cultural Frame and Religious Value ( Case Study of Bugis Couple Family ), 4(2), 431–437. http://doi.org/10.5296/jsr.v4i2.4718
Weinreich, P & Saunderson, W. 2003. Analyzing Identity: Cross-cultural Societal, and Clinical Context. USA: Routledge
marriage. Ph.D Research School of Studies. Australian
Thesis. Canberra: Pacific and Asian National University.
Khanafi, Imam. Makalah disampaikan pada acara workshop “Integrasi Adil Gender Dalam Proses Pembelajaran di Madrasah”, (Pekalongan, tp: 2009).
Lindzey and Aronson. 1969. The Handbook of Social Psychology. Vol. I. New York: John Wiley and Sons.
Mahmud, M. (2017). The Roles of Social Status , Age , Gender , Familiarity , and Situation in Being Polite for Bugis Society, 9(5), 58–72. http://doi.org/10.5539/ass.v9n5p58
Meissner, W. W. (2005). Gender Identity and the Self: Gender Formation in General and in Masculinity. Psychoanalitic Review, 92, 1.
Millar, S. . (1983). on interpreting gender in Bugis society, 477–493.
Millar, S. (1989). Bugis Weddings: Rituals of
Social
Berkeley: Asia California.
Location in Modern Indonesia.
Center for South and Southeast Studies, University of
DOI: https://doi.org/10.17509/sosietas.v8i1.12499
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2018 SOSIETAS
This Journal is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License