TIPOLOGI DAN KONSEP TATA LETAK SANGGAH PADA KARANG UMAH DI DESA ADAT BAYUNG GEDE
Abstract
Abstract: Sanggah is a shrine to worship the source of life, namely God Almighty for Balinese Hindu. In general, sanggah is positioned at sacred zone namely:hulu and/or Utama Mandala/Kaja Kangin. Unique layout of sanggah can be found at the settlement of Desa Adat (customary village) of Bayung Gede, one of Bali Aga (Ancient Bali) villages at Bangli Regency. This unique phenomenon raises questions about tipology of sanggah layout at Desa Adat Bayung Gede and the background concept of this phenomenon. The research had been done by field observation and interview with the locals and the elders of the community. Literature had been done as well as reference. The data was analyzed with descriptive-qualitative method. The conclusions of this research are: sanggah position in a house is influenced by the position of rurung (lane) as teben (profan) indicator in each housing unit. There are 3 (three) type of sanggah: (a) sanggah which is at east side of housing unit with rurung at west side of the housing unit; (b) sanggah which is at west side of housing unit with rurung at east side of the housng unit; and (c) sanggah which is at north side of the housing unit with rurung at south side of the housing unit.
Keywords: the layout of sanggah, tradisional settlement, Architecture of Bali Aga.
Abstrak: Sanggah merupakan tempat pemujaan kepada sumber kehidupan yaitu Tuhan Yang Maha Esa bagi umat Hindu Bali. Secara umum sanggah terletak pada zona sakral, yaitu: zona hulu dan/atau zona Utama Mandala/Kaja Kangin. Keunikan tata letak sanggah dapat ditemui pada permukiman Desa Adat Bayung Gede, salah satu desa Bali Aga (Bali Kuno) di Kabupaten Bangli. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan bagaimana tipologi tata letak sanggah Desa Adat Bayung Gede dan konsep apa yang melatarbelakangi hal itu. Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi ke lapangan dan interview dengan beberapa tokoh masyarakat serta penduduk setempat, serta review literatur sebagai referensi. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Kesimpulan yang didapat adalah letak sanggah dalam pekarangan rumah Desa Adat Bayung Gede dipengaruhi oleh letak rurung (jalan perumahan) sebagai indikator teben (profan) dalam setiap pekarangan rumah. Terdapat tiga tipe sanggah: (a) Sanggah berada di sebelah timur dengan rurung berada di sebelah barat pekarangan rumah; (b) Sanggah berada di sebelah barat dengan rurung berada di sebelah timur; (c) Sanggah berada di sebelah utara dengan rurung berada di sebelah selatan
Kata Kunci: tata letak sanggah, permukiman tradisional, Arsitektur Bali Aga.
Full Text:
PDFReferences
Adiputra, I. G. N. T. (2017) DWITYA A TUNGGIL SEBAGAI BASIS PERMUKIMAN. UGM.
Agusintadewi, N. K. (2017) ‘Pola Spasial Permukiman Tradisional Bali Aga di Desa Sekardadi, Kintamani’, Jurnal Ruas, 14(2), pp. 47–57. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
Dewi, N. M. D. M. and Marbun, S. (2018) ‘Komodifikasi Pura Keluarga di Bali’, Jurnal Studi Kultural, 3(2), pp. 85–89.
Djaya Bharuna S, A. . G., Dwijendra, N. and Rumawan Salain, P. (2018) ‘Philosothi and Concept of Puri, A King Palace in Bali’, International Journal of Current Advanced Reasearch, 7(6), pp. 13784–13789. doi: DOI: http://dx.doi.org/10.24327/ijcar.2018 //dx.doi.org/10.24327/ijcar.2018.13789.2475.
Idedhyana, I. B. and Rai, U. N. (2011) ‘Perpaduan budaya pada rumah tradisional di desa bayung gede’, Widya Teknik, 004(April), pp. 49–65. Available at: https://www.researchgate.net/publication/333782007_PERPADUAN_BUDAYA_PADA_RUMAH_TRADISIONAL_DI_DESA_BAYUNG_GEDE.
Lilly, C. C. (1998) ‘Book Review: Creswell, John. (1997). Qualitative inquiry and research design: Choosing among five traditions.’, Networks: An Online Journal for Teacher Research, 1(1), pp. 62–62. doi: 10.4148/2470-6353.1252.
Mahastuti, M. N. M., Utami, A. N. wayan and Wijaatmaja, A. B. M. (2019) ‘KEUNIKAN KONSEP HULU TEBEN KARANG UMAH DESA BAYUNG GEDE , KINTAMANI : DIALOG SISTEM SPASIAL DESA-DESA BALI AGA’, in Semarayana #1. Denpasar: Universitas Udayana, pp. 99–108.
Makiyah, D. (2007) ‘MAKNA DAN FUNGSI SANGGAH DALAM AGAMA HINDU (Studi Kasus dalam Masyarakat Hindu Jawa)’, pp. 1–67.
Narottama, N., Abdillah, F. and Nirmalayani, I. A. (1989) ‘Religion As “The Last Fortress” Of Bali Cultural Tourism’, in International Confereence On Emerging Tourism Destination : Challenges and Opportunities. Timor Leste, pp. 1–19. Available at: https://www.researchgate.net/publication/324825568_RELIGION_AS_THE_LAST_FORTRESS_OF_BALI_CULTURAL_TOURISM/link/5ae5022aaca272ba50803f2b/download.
Paturusi, S. A. (2006) ‘Permukiman Bali Kuna Desa Bayung Gede sebagai Atraksi pariwisata di Bali’, Undagi, 1(1), pp. 57–66.
Paturusi, S. A. et al. (2017) ‘Perubahan Arsitektur Tradisonal Hunian Desa Bayung Gede, Bangli’, in Samarta. Denpasar: Udayana University Press, pp. 109–118. Available at: http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi_Artikel_319366295454.pdf.
Prihatsanti, U., Suryanto, S. and Hendriani, W. (2018) ‘Menggunakan Studi Kasus sebagai Metode Ilmiah dalam Psikologi’, Buletin Psikologi, 26(2), p. 126. doi: 10.22146/buletinpsikologi.38895.
Raharja, M. M. (1993) ‘Falsafah dan Konsep Ruang Tradisional Bali’, 1(1).
Suryada, I. G. A. B. (2016) ‘Filosofi pola desa bayung gede kabupaten bangli’. Available at: https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/.
Suryada, I. G. A. B. (2018) ‘KONSEPSI TRI MANDALA DAN SANGAMANDALA DALAM TATANAN ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI’, JUrnal Arsitektur, 1(1).
Susanta, I. N. and Wiryawan, I. W. (2016) ‘Konsep Dan Makna Arsitektur Tradisional Bali Dan Aplikasinya Dalam Arsitektur Bali’, in Arsitektur Etnik Dan Aplikasinya Dalam Arsitektur Kekinian’. Denpasar: Universitas Udayana. Available at: https://simdos.unud.ac.id/uploads.pdf.
Widiastuti, I. (2014) ‘Transformasi nilai-Nilai Tradisional dalam Arsitektur Masa kini Transformasi Makna pada Arsitektur Asli Daerah’, in Seminar Rumah Tradisional-PUSKIM 19 November 2014. Bandung, pp. 1–16. Available at: https://www.researchgate.net/publication/306094378.
Widiyani, D. M. S. and Wiriantari, F. (2019) ‘Karakteristik Bangunan “Bale Meten” Serta Proses Pembangunannya’, Undagi, 7(1), pp. 29–35.
Wijaya, I. K. M. (2019) ‘Konsepsi Natah Dan Lebuh Sebagai “Ruang Keseimbangan” Dalam Arsitektur Tradisional Bali’, Jurnal Arsitektur ZONASI, 2(2), p. 98. doi: 10.17509/jaz.v2i2.14677.
Wijaya Kusuma, I. (2003) ‘Building Orientation on Traditional Balinese Culture’, Humaniora UGM, 15(1).
Wikantiyoso, R. (2009) Kearifan lokal mempertahankan “. Edited by P. T. Respati Wikantiyoso. Malang: Group Konservasin Arsitektur Kota. Available at: https://www.researchgate.net/publication/320107119_Kearifan_Lokal_Dalam_Perencanaan_dan_Perancangan_Kota_untuk_Mewujudkan_Arsitektur_Kota_yang_Berkelanjutan.
Wiriantari, F. and Wijaatmaja, A. B. M. (2019) ‘PERUBAHAN BENTUK, FUNGSI DAN STRUKTUR JINENG DALAM ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI’, in Suaradnyana, K. (ed.) Seminar Nasional Inovasi dalam Penelitian Sains, Teknologi dan Humaniora. Denpasar: Dwijendra University, pp. 38–49.
DOI: https://doi.org/10.17509/jaz.v3i3.27875
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2020 Anak Agung Ayu Sri Ratih Yulianasari, Frysa Wiriantari, Desak Made Sukma Widiyani, Arya Bagus Mahadwijati Wijaatmaja
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.