PEMBUATAN DOKUMENTASI DAN SOSIALISASI PEMELIHARAAN MATERIAL PADA BANGUNAN KLENTENG DEWI WELAS ASIH CIREBON
Abstract
Abstrak: Keberadaan klenteng sebagai bangunan cagar budaya selayaknya patut mendapat perhatian khusus. Klenteng merupakan salah satu bangunan tua Tionghoa yang didirikan imigran Tinghoa sekitar abad ke 16 Masehi. Saat ini beberapa Klenteng telah dinyatakan sebagai bangunan cagar budaya, salah satunya adalah Klenteng Dewi Welas Asih di kota Cirebon Jawa Barat. Oleh karenanya diperlukan tindakan konservasi dan pemeliharaan terutama pada material bangunannya. Progam studi arsitektur Itenas Bandung bekerja sama dengan program studi arsitektur STT Cirebon dibantu oleh mahasiswa membantu komunitas Kacapi Batara membuat dokumentasi serta rancangan pemeliharaan material pada bangunan tua Tionghoa di kota Cirebon. Dokumentasi umumnya ditulis dalam huruf Kanji yang sudah tidak dikenal oleh generasi penerus karena situasi politik yang tidak memungkinkan terjadinya regenerasi budaya selama kurang lebih 32 tahun. Selain itu penggantian pengelola umumnya secara beregenerasi tanpa serah terima dokumen secara formal. Langkah awal kegiatan ini dimulai dengan mempelajari sejarah pendirian dan faktor lain yang berkaitan dengan perkembangan klenteng. Data tambahan diperoleh dengan melakukan wawancara kepada para sesepuh dan pengelola klenteng. Langkah berikutnya adalah kunjungan ke lapangan untuk melakukan pengukuran, pemotretan dan pembuatan sketsa detail-detail arsitektur dan ragam hias. Pengukuran dan pengambilan gambar tidak hanya pada bangunan tetapi juga pada benda-benda pusaka yang terdapat di luar dan dalam bangunan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis sehingga menghasilkan dokumen gambar meliputi gambar denah, tampak, potongan, serta rancangan upaya pemeliharaan material bangunan yang diusulkan. Dokumentasi dapat menjadi bukti sejarah di masa lampau untuk dipelajari tidak saja oleh generasi penerus tetapi juga oleh masyarakat umum sebagai salah satu warisan budaya bangsa Indonesia
Full Text:
PDFReferences
Binbangkum, B. R. (2010). Undang-undang no.11 thn 2010 tentang Cagar Budaya.
Dwivianto, B. P. (2016). Pengaruh Kebijakan Mengenai Etnis Tionghoa di Indonesia era Pemerintahan Abdurrahman Wahid terhadap Hubungan Bilateral Indonesia dan Tiongkok. Jurnal Analisis Hubungan Internasional, 5(2), 476–485.
Hadiat, M., Ahmad, B., Tri, B. A., Purnama, A., & Defitriana. (2019). Perkembangan Langgam Arsitektur Pada Bangunan Klenteng Kwan Im di Cirebon.
Harastoeti, D. H. (2011). 100 Bangunan Cagar Budaya di Bandung. CSS Publish.
Haryono, S. (2017). Chinese officers in Cirebon. Wacana, 18(1), 216–236. https://doi.org/10.17510/wacana.v18i1.578
Herwiratno, M. (2007). Kelenteng: Benteng Terakhir Dan Titik Awal Perkembangan Kebudayaan Tionghoa Di Indonesia. Ling. Cult, 1(1).
Kustedja, S. (n.d.). Sejarah singkat terbentuknya ―Agama Konghucu, kepercayaan populer Tionghoa diaspora Indonesia. 46.
Listiyani, T. (2013). Partisipasi Masyarakat Sekitar Dalam Ritual Di Kelenteng Ban Eng Bio Adiwerna. KOMUNITAS: International Journal of Indonesian Society and Culture, 3(2), 124–130. https://doi.org/10.15294/komunitas.v3i2.2308
Pynkyawati, M., Theresia, Mauludin, S., Dayani, A., Rupang, P. S., & Winarsyah. (2019). Klenteng Dewi Kwan Im Cirebon (First). Itenas.
Soewarno, N. (2020). ADAPTATION OF ARCHITECTURAL STYLE TO PRESERVE CULTURAL HERITAGE BUILDING Case Study: Vihara Dewi Welas Asih-Cirebon. Journal of Architectural Research and Education, 2(1), 46. https://doi.org/10.17509/jare.v2i1.24160
DOI: https://doi.org/10.17509/lekaedu.v1i1.33611
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License. View My Stats