Application of the Stake Evaluation Model to evaluate Kurikulum Merdeka in creating student well-being
Abstract
The demographic bonus has become unavoidable for Indonesia in 2030–2045. Will this condition be advantageous or disadvantageous depending on how HR is currently managed? The scope of HR management in this study is in the field of education, and the main actor is the government. Bearing in mind that in accordance with the mandate of the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia Article 31 (1) and its Amendment Chapter XIII concerning education and culture, obliges the government to be responsible for educating the life of the nation and creating general welfare? This study aims to determine the appropriate evaluation model to assess the implemented curriculum with regard to the welfare of students through the characteristics of a "humanistic approach". The research method used is descriptive-qualitative through a literature study with a review of books, articles, journals, and other relevant sources of information. This literature found that stakeholder evaluation is suitable for evaluating the implementation of the Independent Curriculum, considering that this model compares implementation in the field with official standards or references in implementing a program through two components, namely description, and assessment. These two things were broken down into the three main components of the first educational program: antecedents (inputs), transactions (processes), and outcomes (results). However, empirical results are still needed to support this research, such as case studies, which are intended to get more concrete results.
Abstrak
Bonus demografi sudah menjadi hal yang tidak dapat dihindari Indonesia pada tahun 2030-2045. Akankah kondisi tersebut menjadi kelebihan / kerugian tergantung dari bagaimana saat ini mengelola SDM itu sendiri. Cakupan dalam pengelolaan SDM pada penelitian ini yaitu di bidang pendidikan dan aktor utamanya adalah pemerintah. Mengingat sesuai dengan amanat UUD Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 (1) dan Perubahannya bab XIII tentang pendidikan dan kebudayaan. Di mana mewajibkan pemerintah bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan kesejahteraan umum. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui model evaluasi yang tepat untuk menilai kurikulum yang diimplementasikan dengan kesejahteraan siswa melalui karakteristik “pendekatan humanistic”. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif melalui studi kepustakaan dengan telaah buku, artikel, jurnal, dan sumber informasi lainnya yang relevan. Dari studi literatur ini ditemukan bahwa evaluasi stake cocok digunakan untuk mengevaluasi implementasi Kurikulum Merdeka mengingat model ini membandingkan antara pelaksanaan di lapangan dengan standar atau acuan yang resmi dalam melakukan sebuah program melalui dua komponen yaitu deskripsi dan penilaian. Kedua hal tersebut, diturunkan kembali menjadi tiga komponen utama program pendidikan pertama, antecedent (masukan), transaction (proses), dan outcomes (hasil). Namun, masih dibutuhkan hasil empiris untuk mendukung penelitian ini, seperti studi kasus yang dimaksudkan agar mendapatkan hasil yang lebih konkrit.
Kata Kunci: Evaluasi kurikulum; Kurikulum Merdeka; Model Evaluasi Stake
Keywords
Full Text:
Download PDF (Bahasa Indonesia)References
Angga, A., Suryana, C., Nurwahidah, I., Hernawan, A. H., & Prihantini, P. (2022). Komparasi implementasi kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka di sekolah dasar Kabupaten Garut. Jurnal Basicedu, 6(4), 5877-5889.
Ansari, W. El, & Stock, C. (2010). Is the health and wellbeing of university students associated with their academic performance? Cross sectional findings from the United Kingdom. International Journal of Environmental Research and Public Health, 7(2), 509–527.
Astiti, K. A., Supu, A., Sukarjita, I. W., & Lantik, V. (2021). Pengembangan bahan ajar IPA terpadu tipe connected berbasis pembelajaran berdiferensiasi pada materi lapisan bumi kelas VII. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sains Indonesia (JPPSI), 4(2), 112-120.
Batubara, Q. N. M. R., Rizal, F., Ernawati, E., & Waskito, W. (2022). Evaluation of the learning program for making industrial clothing using the countenance stake model in vocational high schools. Edutec: Journal of Education and Technology, 6(2), 421-430.
Berman, P., & McLaughlin, M. W. (1976). Implementation of educational innovation. The Educational Forum, 40(3), 345–370.
Bladek, M. (2021). Student well-being matters: Academic library support for the whole student. The Journal of Academic Librarianship, 47(3), 1-46.
Borgonovi, F., & Pál, J. (2016). A framework for the analysis of student well-being in the PISA 2015 study: Being 15 in 2015. OECD Education Working Papers, 1, 140
Buker, M., & Niklason, G. (2019). Curriculum evaluation & improvement model. Journal of Health Administration Education, 36(1), 37-55.
Dhani, R. R. (2020). Peran guru dalam pengembangan kurikulum. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan, 9(1), 45-50.
Diener, E., & Ryan, K. (2009). Subjective well-being: A general overview. South African Journal of Psychology, 39(4), 391–406.
Dwipratama, A. A. (2023). Study of Ki Hadjar Dewantara's educational thinking and its relevance to kurikulum merdeka. Inovasi Kurikulum, 20(1), 37-48.
Govorova, E., Benítez, I., & Muñiz, J. (2020). How schools affect student well-being: A cross-cultural approach in 35 OECD countries. Frontiers in Psychology, 11, 1-14.
Gusteti, M. U., & Neviyarni, N. (2022). Pembelajaran berdiferensiasi pada pembelajaran Matematika di kurikulum merdeka. Jurnal Lebesgue: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Matematika dan Statistika, 3(3), 636-646.
Herwina, W. (2021). Optimalisasi kebutuhan murid dan hasil belajar dengan pembelajaran berdiferensiasi. Perspektif Ilmu Pendidikan, 35(2), 175-182.
Ianah, A., Latifa, R., Kolopaking, R., & Suprayogi, M. N. (2021). Kesejahteraan siswa: Faktor pendukung dan penghambatnya. Business Economic, Communication, and Social Sciences Journal (BECOSS), 3(1), 43-49.
Jamiin, J. (2019). Kompetensi pedagogik dan sosial guru kelas dalam pendidikan inklusi di SDN Balirejo Yogyakarta. Fitrah: Jurnal Studi Pendidikan, 10(2), 1-16.
Karaçoban, F., & Karakuş, M. (2022). Evaluation of the curriculum of the teaching in the multigrade classrooms course: Participatory evaluation approach. Pegem Journal of Education and Instruction, 12(1), 84-99.
Keyes, C. L. M. (1998). Social well-being. Social Psychology Quarterly, 61, 121–140.
Konu & Rimpel. (2002). Weel-being in schools. Health Education Research, 17(6), 732–742.
Laksono, T. A., & Izzulka, I. F. (2022). Evaluasi pengembangan kurikulum pendidikan. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(3), 4082-4092.
Nugraha, T. S. (2022). Kurikulum merdeka untuk pemulihan krisis pembelajaran. Inovasi Kurikulum, 19(2), 251-262.
Piliano, R., Choirunnisa, R., Alvaro, M. S. N., Pranadinata, S. A., Hadiapurwa, A,. & Rusli, R. P. (2023). Merdeka Belajar Kampus Mengajar (MBKM) curriculum evaluation. Curricula:Journal of Curriculum Development, 2(1), 101-112
Pratama, A. (2022). Strategi pembelajaran berdiferensiasi meningkatkan kemampuan literasi membaca pemahaman siswa. Jurnal Didaktika Pendidikan Dasar, 6(2), 605-626.
Pritchett, L., & Beatty, A. (2015). Slow down, you’re going too fast: Matching curricula to student skill levels. International Journal of Educational Development, 40, 276–288.
Putrindi, E. G., Irdiyansyah, I., & Ikhsan, I. (2023). Evaluasi pembelajaran pada sekolah montessori menggunakan model stake countenance. Murhum: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 112-124.
Rahayu, R., Rosita, R., Rahayuningsih, Y. S., Hernawan, A. H., & Prihantini, P. (2022). Implementasi kurikulum merdeka belajar di sekolah penggerak. Jurnal Basicedu, 6(4), 6313-6319.
Ricard, N. C., & Pelletier, L. G. (2016). Dropping out of high school: The role of parent and teacher self-determination support, reciprocal friendships and academic motivation. Contemporary Educational Psychology, 44, 32–40.
Ropo, E. (2019). Curriculum for identity: Narrative negotiations in autobiography, learning, and education. Internationalizing Curriculum Studies: Histories, Environments, and Critiques, 1, 139–156.
Ruhaliah, R., Sudaryat, Y., Isnendes, R., & Hendrayana, D. (2020). Pelatihan penyusunan perangkat pembelajaran “merdeka belajar” bagi guru bahasa Sunda di Kota Sukabumi. Dimasatra, 1(1), 1-10.
Rusnaini, R., Raharjo, R., Suryaningsih, A., & Noventari, W. (2021). Intensifikasi profil pelajar Pancasila dan implikasinya terhadap ketahanan pribadi siswa. Jurnal Ketahanan Nasional, 27(2), 230-249.
Samad, S. A. A. (2021). Diskursus hakikat kurikulum pendidikan Islam. Al-Ikhtibar: Jurnal Ilmu Pendidikan, 8(2), 97-108.
Stake, R. E. (1967). The countenance of educational evaluation. Teachers College Record, 68(7), 1–15.
Sulaiman, W. (2022). Pengembangan kurikulum: Sebagai peran guru profesional. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(3), 3752-3760.
Sumantri, B. A. (2019). Pengembangan kurikulum di Indonesia menghadapi tuntutan kompetensi abad 21. El-Hikmah: Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan Islam, 13(2), 146-167.
Susilana, R., Hernawan, A. H., Hadiapurwa, A., Syafitri, N. K., Halimah, L., & Nugraha, H. (2023). Pembinaan pengembangan kurikulum merdeka berbasis best practices program sekolah penggerak. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 29(1), 13-18.
Tee-Ng, P. (2020). The paradoxes of student well-being in Singapore. ECNU Review of Education, 3(3), 437–451.
DOI: https://doi.org/10.17509/jik.v20i2.58908
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2023 Risti Dwi Lestari
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Inovasi Kurikulum
Published by Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN)
in collaboration with Curriculum Development Study Program
Faculty of Education - Universitas Pendidikan Indonesia
Gedung FIP UPI Lt. 9 Jl. Dr. Setiabudhi Bandung 40154
Indexed By:
Google Scholar p. ISSN 1829-6750 | Google Scholar e. ISSN 2798-1363