DEKONTRUKSI MOTIF BATIK KERATON CIREBON: PENGARUH RAGAM HIAS KERATON PADA MOTIF BATIK CIREBON
Sari
moral. Ide dasar batik keraton adalah dari ragam hias Keraton Cirebon, naskah dan mushaf
Al-qur‟an pada Abad 20. Tekanan dan resistensi kebudayaan barat pada dekade 70 -an yang
bersifat progresif utopis telah mengubur berbagai tradisi dan kebudayaan etnik, identitas lokal,
subculture, yang dianggap tidak sesuai dengan semangat zaman modern. Arus informasi global telah
memperkaya cakrawala pengetahuan lokal yang mampu membangkitkan kesadaran lokal yaitu
kesadaran ontologism diantara kebudayaan plural yang imperialis dan represif yang akan menggiring
pada krisis identitas. Identitas, menurut Jonathan Rutherfort merupakan satu mata rantai masa lalu
dengan hubungan-hubungan sosial, kultural, dan ekonomi di dalam ruang dan waktu satu masyarakat
hidup. Kini motif batik keraton telah menjadi identitas batik Cirebon. Penelitian ini bersifat diskriptif
kualitatif yang mengkaji hingar bingarnya era kebangkitan kembali motif batik keraton Cirebon
setelah mengalami „mati suri‟ selama berpuluh-puluh tahun. Permasalahannya adalah: Bagaimana
pola ragam hias Keraton Cirebon mengalami dekonstruksi menjadi motif batik keraton Cirebon?
Apakah makna filosofis dan makna simbolik motif Batik Keraton mengalami dekonstruksi setelah
berkembang pesat menjadi batik Cirebon? Teknik Pengumpulan data dilakukan dengan cara:
observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan Analisis data hasil penelitian dilakukan dengan
pendekatan teori „semiotika dekonstruk tif ’ dari Jaques Derida dan Ferdinand de‟Sausure. Kajian
terhadap bahasa dan makna (petanda) simbolik dilakukan dengan teorinya Ferdinand de‟Saussure.
Sedangkan; penafsiran makna „logos‟ menggunakan pendekatan teori semiotika dekonstruktif Jaques
Derida. Dari hasil penelitian diperoleh informasi data secara akurat dan benar mengenai proses
dekonstruksi bentuk ragam hias ke dalam motif batik keraton hingga menjadi „ character building
Batik Cirebon’ beserta makna-maknanya yang telah didukung oleh teori-teori yang ada.
Kata Kunci
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Alwasilah, A. Chaedar. (2002), Pokoknya
Kualitatif, Rosda, Bandung
Derrida, Jaques. (1974), Of Grammatology, The
Jhon Hopkins University Press.
De‟Saussure, Ferdinand. (1974), A Coourse in
General Linguitics, Fontana, London
Habermas, Jurgen. (1990), Modernity An
Incomplete Project, Postmodern Culture,
London: Pluto Press.
Harland, R.(1987). Superstructuralism, The
Philosophy of Structuralism and Post-
structuralism, New York, Rotledge.
Hasanudin (2001), Batik Pesisiran, Melacak
Pengaruh Etos Dagang Santri pada
Ragam Hias Batik , Bandung. Kiblat
Buku Utama
Hood, Benny Hoendoro, (2014). Semiotik dan
Dinamika Sosial Budaya, Edisi ke-3
Komunitas Bambu, Depok
Irianto, Bambang R. (2009), Makna Simbolik
Batik Kraton Cirebon, Tidak
diterbitkanalen
Kaplan, David. (1972), Culture Theory, Prentice
Hall. Inc. Englewood Clifts New Jersey,
USA
Levin, David Michel. (1988)., The Opening of
Vision, Routlege
Piliang, Yasraf Amir. (1999), Sebuah Dunia
Yang dilipat, Mizan, Bandung
Samsi, Sri Sudewi, (2011), Batik, From The
Court of Java and Sumatra,, Techniques, Motifs & Pattern Bati Yogya & Solo,
Titian Foundation
Sewan, Susanto S., (1980). Seni Kerajinan Batik
Indonesia, Balai Penelitian Batik dan
Kerajinan, Lembaga Penelitian dan
Pendidikan Indusri, Departemen
Perindustrian RI
Sturrock, Jhon. (1979), Structuralisme and Since,
Oxford University Press
Sudjoko. (1972), Hubungan Desain Batik
Dengan Pemasaran, Artikel Seminar,
Universita Trisakti, Jakarta
Toekio, Soegeng M., (2000). Mengenal Ragam
Hias Indonesia, Angkasa Bandung
Yudoseputro, Wiyoso. (2008), Jejak-jejak Seni
Rupa Indonesia Lama, Yayasan Seni
Visual Indonesia, IKJ, Jakarta
Yin, Robert, K. (1991), Research Case Study,
Sage Thousand Oaks
Majalah:
Dias, Anton, (2013). Akulturasi Budaya Batik
Cirebon; Ketika Kerifan Lokal
Melebur Dengan Beragam
Budaya,Majalah Sinaya Edisi II April 2013
BTPN
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.