Antropolinguistik dalam Toponimi Kabupaten Subang

Ahmad Muzaki Syafii, Dede Kosasih, Haris Santosa Nugraha

Abstract


Kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) aspek toponimi di Kabupaten Subang; 2) pola penamaan yang digunakan pada toponimi Kabupaten Subang; 3) asal-usul desa di Kabupaten Subang; 4) parameter antropolinguistik pada toponimi Kabupaten Subang. Metode yang digunakan yaitu deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dan telaah pustaka. Sumber data meliputi: manusia (person), tempat (place), dan kertas (paper). Hasil kajian menunjukkan bahwa toponimi di Kabupaten Subang dipengaruhi aspek fisikal sebesar 76% yang berkaitan dengan fenomena alam, dan aspek non-fisikal sebesar 24% yang berkaitan dengan harapan masyarakat serta peristiwa yang pernah terjadi di tempat tersebut. Pola penamaan yang digunakan pada toponimi Kabupaten Subang didominasi oleh pola campuran sebesar 74% karena pola ini dapat menggambarkan suatu daerah lebih spesifik baik melalui fenomena alam, maupun sosio-kultural, sedangkan pola linear sebesar 26%. Asal-usul yang didapatkan dari hasil penelitian ini banyak dipengaruhi oleh fenomena alam yang ada di sekitar daerah tersebut, selain itu juga dipengaruhi kondisi sosio-kultural seperti cerita rakyat yang beredar di masyarakat, peristiwa yang pernah terjadi, dan harapan masyarakat juga mempengaruhi asal-usul nama tempat. Parameter antropolinguistik yang didapatkan dari penelitian ini didominasi oleh parameter keterhubungan sebesar 83%, kebernilaian sebesar 54%, dan keberlanjutan sebesar 33%. Simpulannya bahwa toponimi Kabupaten Subang memiliki ciri khas yang beragam baik dari aspek yang melatarbelakanginya, pola penamaan yang digunakan, asal-usul, serta parameter antropolinguistiknya.

This study aims to describe: 1) the toponymy aspects in Subang Regency; 2) the naming patterns used in the toponymy of Subang Regency; 3) the origins of villages in Subang Regency; 4) the anthropolinguistic parameters in the toponymy of Subang Regency. The method used is descriptive with a qualitative approach. The techniques employed include observation, interviews, and literature review. The data sources include: people, places, and documents. The study's results show that toponymy in Subang Regency is influenced by physical aspects to the extent of 76%, related to natural phenomena, and non-physical aspects at 24%, which are associated with the hopes of the community and events that have occurred in the area. The naming pattern used in the toponymy of Subang Regency is dominated by a mixed pattern at 74%, as this pattern can describe an area more specifically, both through natural phenomena and socio-cultural aspects, while the linear pattern accounts for 26%. The origins found in this study are largely influenced by the natural phenomena in the surrounding area, as well as socio-cultural conditions such as local folklore, past events, and the hopes of the community. The anthropolinguistic parameters derived from this study are dominated by the parameter of interconnectedness at 83%, value at 54%, and sustainability at 33%. In conclusion, the toponymy of Subang Regency has diverse characteristics, both in the aspects that underlie it, the naming patterns used, the origins, and its anthropolinguistic parameters.

 


Keywords


Antropolinguistik; Kabupaten Subang; toponimi

Full Text:

PDF

References


Abimanyu, T. L. (2018). Identifikasi toponimi desa di Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas dalam perspektif keruangan. Jantra, 13(1), 11-24.

Aditya, D. (2020). Penamaan objek wisata di wilayah Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Deskripsi Bahasa, 3(2), 170-181.

Anam, A. K., Rasyid, Y., & Anwar, M. (2023). Relasi kuasa pada toponimi nama Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat: analisis wacana kritis model Ruth Wodak. Lingua Rima: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 12(3), 199-216.

Anshari, B. I. (2017). Kajian etnosemantik dalam toponimi wilayah Kabupaten dan Kota Cirebon. Prosiding Seminar Internasionak Leksikologi dan Leksikografi. Depok: Fakultas Ilmu Budaya UI.

Bachtiar, T. (2008). Toponimi Kota Bandung. Bandung Art and Culture Council.

Camalia, M. (2015). Toponimi Kabupaten Lamongan (kajian antropologi linguistik). Parole: Journal of Linguistics and Education, 5(1), 74-83.

Hadianto, H. (2020). Toponimi Kampung Sarkanjut Nenggeng dan Cibudug dalam persfektif hermaneutik. Pantun: Jurnal Ilmiah Seni Budaya, 5(2). 95-105.

Halfian, W. O., Hariyati, H., & Masri, F. A. (2022). Toponimi penamaan jalan di Kecamatan Lasalepa, Kabupaten Muna. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Metalingua, 7(1), 35-50.

Kosasih, D. (2004). Sarsilah ngaran patempatan di tatar Sunda. Cupumanik.

Muhyidin, A. (2013). Kearifan lokal dalam toponimi di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten sebuah penelitian antropolinguistik. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, 17(2), 232-240.

Nugroho, D., & Darrajati, D. (2022). Peran pemerintah Kabupaten Cirebon dalam penyelenggaraan toponimi dan pemetaan wilayah. Demokrasi, 2(1), 19-38.

Nur, I. (2019). Toponimi dumasar carita rahayat di Kacamatan Parigi Kabupatén Pangandaran pikeun bahan pangajaran dongéng di kelas VII SMP. Universitas Pendidikan Indonesia.

Rifandi, D. (2017). Asal-muasal ngaran tempat di Kacamatan Cimalaka Kabupatén Subang pikeun bahan pangajaran dongéng di Kelas VII SMP. Universitas Pendidikan Indonesia.

Segara, N. B. (2017). Kajian nilai pada toponimi di wilayah Kota Cirebon sebagai potensi sumber belajar geografi. Jurnal Geografi: Media Informasi Pengembangan dan Profesi Kegeografian, 14(1), 54-67.

Sibarani, R. (2013). Pendekatan antropolinguistik dalam menggali kearifan lokal sebagai identitas bangsa. Prosiding Seminar Internasional Pendidikan Indonesia. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya UI.

Sibarani, R. (2015). Pendekatan antropolinguistik terhadap kajian tradisi lisan. Retorika: Jurnal Ilmu Bahasa, 1(1), 94-107.

Sobarna, C. (2015). Nama tempat di wilayah Jabar Selatan: sebuah representasi kearifan lokal kesadaran ekologis masyarakat Sunda. Prosiding Seminar Nasional Toponimi, 98-108. Depok: Departemen Linguistik FIB.

Taqyuddin. (2016). Punahnya toponimi indikasi erosi bahasa dan punahnya bangsa. Prosiding Seminar Internasional Leksikologi Dan Leksikografi, 55-64. Depok: Departemen Linguistik FIB.

Wulandari, I. K., & Sulistyowati, S. (2023). Ekspresi bahasa dalam toponimi: studi kasus di Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Hortatori: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 7(2), 211-220.




DOI: https://doi.org/10.17509/jlb.v15i2.80312

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2024 Lokabasa

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

View My Stats

Lisensi Creative Commons
This work is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.