TATAKRAMA BAHASA SUNDA DALAM KOMUNIKASI LISAN MASYARAKAT KAMPUNG JEMO KABUPATEN SUMEDANG
Abstract
Latar belakang penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan tatakrama dalam komunikasi lisan masyarakat yang berada di Kampung Jémo, Desa Nagrak, Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui serta mendeskripsikan tatakrama bahasa Sunda, dalam komunikasi lisan masyarakat Kampung Jémo Desa Nagrak Buahdua Kabupaten Sumedang. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Tehnik yang digunakan adalah tehnik observasi dan wawancara. Adapun instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara dengan dilengkapi alat perekam berupa ponsel. Hasilnya: (1) sebagian besar masyarakat Kampung Jémo mengetahui tentang tatakrama bahasa Sunda, tetapi tidak menggunakannya dalam percakapan sehari-hari; (2) kontéks situasi dalam pemakaian tatakrama bahasa Sunda, dilakukan dalam situasi santai dan formal. Jika diberi pertanyaan mengunakan bahasa Sunda, umumnya (42,10%) menjawab menggunakan bahasa Sunda yang halus; dan (3) tahapan kata yang dipakai oleh masyarakat Kampung Jémo, lebih banyak menggunakan bahasa kasar (41,1%). Hal ini menunjukan jika masyarakat mengetahui tatakrama bahasa Sunda, tetapi tidak digunakan dalam pembicaraan sehari-hari, dan lebih banyak menggunakan bahasa kasar.
Abstract
The background of this research is to know and describe the etiquette of the society live in Jemo village in Nagrak, the district of Buahdua in Sumedang regency, in spoken communication. The purpose of this research is to know and describe the etiquette of sundanese language in spoken language used by Jemo villagers in Nagrak, the village of Sumedang regency. This research paper uses descriptive method and the data were gained through observation and interview. The instrument of this research was in the form of interview that was recorded through cellular phone. The results are: (1) The majority of Jemo villagers know the etiquette of Sundanese language, but they do not use it in their daily conversation; (2) the context of Sundanese language etiquette is applied in the formal and informal situation. If they are asked by using Sundanese language, generally (42,10%) they answer it in polite Sundanese language.; and (3) the word’s phase used by jemo villagers are rude utterance. In the data analysis, there are (41,1%) of the rude utterance spoken by them. So, the result shows that people know the etiquette of Sundanese language, but they do not apply it in their daily conversation, They tend to speak the rude utterance
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Rosidi, A. (2007). Polemik Undak Usuk Basa Sunda. Bandung: Kiblat
Sudaryat, Y. (2000). Elmuning Basa. Bandung: Walatra.
Sudaryat, Y. spk. (2007). Tata Basa Sunda Kiwari. Bandung: Yrama Widya.
Sudjana, N. (2011). Tuntunan Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Taufik. M. (2008). Korélasi Antara Pangaweruh jeung Kamampuh makéna Undak Usuk Basa Sunda Siswa Kelas X SMA Plus Merdéka soréang. Skripi Sarjana pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
DOI: https://doi.org/10.17509/jlb.v5i2.15958
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 LOKABASA
This work is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.