TEKNOLOGI BIOPORI PADA RUANG TERBUKA HIJAU Studi Kasus : Pulau Kodingareng Lompo, Kepulauan Sangkarrang, Makassar

Pratiwi Juniar Achmad Gani, Andi Muhammad Ikhsan

Abstract


Abstract: Kodingareng Lompo Island is an island which has a fairly dense population of approximately 4526 people and has a direct impact on the piles of waste that is generated every day, both in the form of organic and inorganic waste. The inhabitants of Kodingareng Lompo Island tend not to have the habit of handling waste by dumping it directly into the sea.  The discarded waste causes bad odors and damages the marine ecosystem, so that waste handling with the 3R concept (reduce, reuse, recycle) is part of a sustainable business that is made into compost and organic waste can be recycled into other more useful items, especially in open green space. This research was carried out in a non-experimental nature with a qualitative descriptive method based on the design or design which will be produced using a spatial approach by mapping the location as outlined in the description of the image and the biopore point placement scheme.  The result shows that 28 biopore holes were needed to handle the organic impacts generated by residents and arranged in a grid pattern so that the water absorption flow was more natural.

Keywords: Organic trash, Green Open Space, Biopori Technology

Abstrak: Pulau Kodingareng Lompo adalah pulau yang memiliki jumlah penduduk yang cukup padat sekitar 4526 jiwa dan berdampak langsung terhadap timbulan sampah yang dihasilkan tiap harinya, baik berupa sampah organik maupun sampah unorganik. Penduduk pulau Kodingareng Lompo ini cenderung tidak memiliki kebiasaan penanganan sampah yang dilakukan dengan membuang langsung ke laut. Sampah yang dibuang, menjadi penyebab bau tidak sedap dan merusak ekosistem laut, sehingga penangan sampah dengan konsep 3R (reduce, reuse, recycle) sebagai bagian dari usaha berkelanjutan yang dijadikan kompos dan sampah organik dapat didaur ulang menjadi barang lain yang lebih bermanfaat utamanya di ruang terbuka hijau. Penelitian dilakukan bersifat non eksperimental dengan metode deskriptif  kualitatif berdasarkan desain atau rancangan yang akan dihasilkan dengan metode pendekatan keruangan (spasial) dengan memetakan lokasi yang dituangkan dalam uraian gambar dan skema perletakan titik biopori. Hasil penelitian diperoleh bahwa diperlukan 28 lubang biopori untuk menangani timbulan saampak organik yang dihasilkan penduduk dan disusun dengan pola grid agar aliran penyerapan air lebih bersifat alamiah.

 

Kata Kunci: Sampah Organik; Ruang Terbuka Hijau; Teknologi Biopori.

Full Text:

PDF

References


Arifin S, 2012. Menjaga Kelestarian Lingkungan Dengan Biopori. Jakarta:

Prosiding The 4th International Conference on Indonesian Studies : “Unity, Diversity and Future”.

Maryati, et al.. 2010. Lubang Resapan Biopori (LRB) teknologi Teknologi Tepat Guna

Untuk Mengatasi Banjir Dan Sampah Serta Menjaga Kelestarian Air Bawah. Yogyakarta : Tim PPM Biopori UNY.

Nuryanto. 2020. Sosial-Ritual Dan Simbolik-Mistik Pada Pawon (Studi Kasus: Arsitektur Kasepuhan Ciptagelar-Sukabumi). Jurnal Arsitektur Zonasi 3(2), 125 – 135. doi : doi.org/10.17509/jaz.v3i2.24962.

Shobri, Ahwan. 2014. Program pilah sampah plastik, kardus, kertas dalam meningkatkan nilai kebersihan siswa dan pendapatan sekolah di SDN Tambakaji 04, SDN Ngaliyan 01 dan SDN Ngaliyan 03. IAIN Walisongo : http://eprints.walisongo.ac.id/3890/




DOI: https://doi.org/10.17509/jaz.v3i3.28530

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2020 Pratiwi Juniar Achmad Gani, Andi Muhammad Ikhsan

Creative Commons License

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.