Pengelolaan Kampanye Politik Pasangan Sabdaguna Melalui Pagelaran Wayang Golek dalam Pemilukada Kabupaten Bandung Periode 2016-2021
Abstract
ABSTRAK Wayang golek telah menjadi media komunikasi masyarakat sunda di dalam berbagai tingkatan usia penontonnya. Sebagian besar masyarakat sunda di Jawa Barat tak memungkiri bahwa wayang golek sebagai media komunikasi masyarakat yang sangat populer sejak lama. Begitupula pertunjukan wayang golek masih digemari oleh masyarakat Kabupaten Bandung sebagai media hiburan rakyat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan data kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan studi pustaka. Hasil penelitian mengemukakan bahwa pada tahap pengelolaan kampanye yaitu perencanaan dan pelaksanaan kampanye melalui wayang golek. pada tahap perencanaan tim kampanye Sabdaguna telah melakukan perencanaan dari mulai pendanaannya yang relatif tidak terlalu mahal, konsolidasi antar partai dan masyarakat yang bagus, segmentasi dan sasaran yang sesuai dengan kecintaan akan budaya kesenian wayang golek, dan positioning yang dapat melekat di masyarakat yaitu sabilulungan. Karena perencanaan kampanye tersebut, maka penulis menilai bahwa mereka sudah melakukan fact finding secara objektif. Pada tahap pelaksanaan kampanye, seluruh kegiatan Wayang Golek telah mengkampanyekan program sabilulungan Raksa Desa dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari pesan-pesan verbal dan non verbal pada pagelaran wayang golek yang dikemas dengan menarik dan mudah diingat, sesi dialog dengan bahasa daerah yang interaktif terkesan kedekatan terhadap masyarakat, dan atribut Sabilulungan sebagai bentuk simbolisasi Sabdaguna. Persuasi politik yang dijalankan oleh tim pemenangan Sabdaguna tergolong ke dalam persuasi politik dengan cara retorika. Hal tersebut dilihat pada saat sesi dialog Dadang M Naser dengan tokoh wayang Cepot. Teknik public speaking Dadang M Naser yang menceritakan keberhasilan dan kekurangan selama masa jabatan mampu membujuk masyarakat dengan alasan mengapa harus memilih Sabdaguna kembali. Kata kunci: kampanye, politik, kearifan lokal, wayang golek, manajemen kampanye
ABSTRACT Wayang golek have become the medium of communication in Sundanese in varying degrees of audience age. Most of the Sundanese in West Java not belies that the Wayang golek as a communication medium that is very popular for a long time. Neither performances of wayang golek are still favored by people in Bandung Regency as the people's entertainment media. This research uses descriptive methods with qualitative data. Using data collection techniques interviews, observation and study of the literature. Results of the study suggested that at this stage of the campaign, namely the management of the planning and execution of the campaign through the wayang golek. at the stage of planning the campaign team Sabdaguna has done planning from the start of their funding is relatively not too expensive, the consolidation between the party and the public good, segmentation and targets in accordance with the love of the art culture of the wayang golek, and positioning that can be embedded in the community i.e. sabilulungan. Because the planning of such a campaign, then the authors assess that they have conducted fact finding objectively. At this stage of the implementation of the campaign, the entire activity of Wayang Golek have campaigned sabilulungan program Mercury Village well. It can be seen from the messages of verbal and non verbal at the wayang golek performance which is packed with interesting and easy to remember, the session dialog with an interactive regional language impressed the closeness to the community, and attributes as symbolizing Sabilulungan Sabdaguna. The political persuasion that is run by a team winning Sabdaguna belongs into political persuasion by means of rhetoric. It was seen at the time of the session dialog Dadang M Naser with wayang Cepot. The technique of public speaking Dadang M Naser which tells the successes and shortcomings during the term of Office was able to persuade the public by reason of why you should choose Sabdaguna back. Keywords: campaigns, politics, local wisdom, golek, campaign management
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Ali, M. (1993). Metode Penelitian
Pendidikan.Bandung: Angkasa.
Alfonso et al. (1981). Instructional
Supervision, A Behavioral
System.Boston,. London, Sydney,
Toronto : Allyn and Bacon, Inc.
Arikunto, S. (2009). Penelitian Tindakan
Kelas. Bandung: CV. Wacana Prima
Coley, A and Brigette, B, 2002, Gender
Differences in Cognitive and
Affective Impluse Buying, Journal of
Fashion Marketing and Management,
pp. 77-95.
Darmawan, D .(2014). Metode Penelitian
Kuantitatif. Bandung:Rosdakarya.
Daresh. (1989). Supervision as Aproactive
Process. New Jersey : Longman.
Depdikbud. (2001).
Dodd,.W.A. (1972). Primary School
Inspection in New Countries, London
Oxford University Press
Bacal, Robert. (2001). Performance
Management. Terj.Surya Darma dan Yanuar Irawan. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama
Ekosiswoyo, Rusdi dan Maman Rachman.
Supervisi Akademis .
Semarang : IKIP Semarang Press
Glickman, C.D. (1985). Supervision of
Intruction. Boston: Allyn and Bacon
Inc.
Hadi, Sutrisno, (1978). Metode Research I.
Yogyakarta: Yayasan Penerbit
Fakultas Psikologi UGM.
Henry, G. M., Weingartner, H., & Murphy,
D. L. (1973). Influence of affective
states and psychoactive drugs on
verbal learning and memory.
American Journal of Psychiatry, 130,
-971.
Kepmendiknas nomor 16 Tahun 2007,
Tetang Standar kompetensi guru.
Lovell, J.T. and Wiles, K. (1983).
Supervision for Better Schools (Fifth
Edition). New Jersey: Prentice-Hall,
Inc., Englewood Cliffs.
Makmun, Abin Syamsudin. (2004),
Psikologi Kependidikan. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana. (1988). Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
Neagley, 1980. Hand Book for Effective
Supervision of Instruction, New
Jersey: Prentice Hall
Peraturan Pemerintah (PP) No. 23 Tahun
, tentang Badan Nasional
Sertifikasi Profesi (BNSP).
Rachman, maman. (1997). Supervisi
Akademis . Semarang : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi.
Rastodio, (2009), Kompetensi Guru, Jakarta:
Bumi Aksara.
Robbins, Stephen P. (2006). Perilaku
Organisasi.Edisi kesepuluh. Jakarta:
PT Indeks Kelompok Gramedia.
Rose, C dan Nichol, M.J. (2001).
Accelerated Learning for the 21st
century (Cara Belajar Cepat Abad
XXI). Penerjemahah; Dedi Ahimsa.
Bandung. Nuansa Kerjasama dengan
Pusat Perbukuan Depdiknas.
Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta
Sergiovanni (1987). Educational
Governance and
Administration.Newjersey: PrenticeHall Inc.
Sahertian. 2008. Konsep Dasar dan Teknik
Supervisi Pendidikan dalam rangka.
Pengembanagan Sumber daya
Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Surat Keputusan Mendiknas nomor
/U/2002. tentang Kurikulum Inti
Perguruan Tinggi.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor
tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Parsada.
DOI: https://doi.org/10.17509/ghm.v1i1.28375
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2020 Gunahumas
License URL: https://ejournal.upi.edu
Jurnal Gunahumas is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
View My Stats