Tiga Menit Mematikan: Korps Baret Merah dalam Operasi Pembajakan Pesawat DC-9/Woyla
Abstract
The main issue discussed was how the Red Beret Corps, which is the Indonesian Special Forces, managed to carry out military operations outside Indonesian jurisdiction to free the DC-9 / Woyla aircraft hostage that had been hijacked by a group of people who called themselves Komando Jihad. Moreover, the Red Beret Corps did not have military experience in handling acts of terror. When the hijackers took hostage, the hijackers asked the pilot to fly the plane anywhere which would make it difficult for the Indonesian government to exercise military options. The research method used is the historical method which includes heuristics, source criticism, interpretation and historiography. Based on the research results, apart from having great soldiers, the Red Beret Corps also had reliable leaders. Sintong Panjaitan, who is the leader in the DC-9 / Woyla hijacking operation, is believed to be able to overcome this situation because of his experience in observing anti-terror special forces exercises abroad. This is evident from the planning, training and raid stages, Sintong was able to design the first anti-terror force in the Red Beret Corps and succeeded in releasing aircraft hostages in a short time without a single hostage being injured.
Abstrak
Permasalahan pokok yang dibahas adalah bagaimana Korps Baret Merah yang merupakan Pasukan Khusus Indonesia berhasil melakukan operasi militer diluar yurisdiksi Indonesia untuk membebaskan sandera pesawat DC-9/Woyla yang telah dibajak oleh sekelompok orang yang menyebut dirinya adalah Komando Jihad. Metode penelitian yang digunakan adalah metode historis yang meliputi heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Berdasarkan hasil penelitian, Korps Baret Merah selain memiliki prajurit yang hebat juga memiliki para pemimpin yang andal. Sintong Panjaitan yang merupakan pemimpin dalam operasi pembajakan pesawat DC-9/Woyla dipercaya dapat mengatasi situasi ini karena pengalamannya mengikuti peninjauan latihan pasukan khusus anti teror di luar negeri. Hal ini terbukti dari tahap perencanaan, latihan dan penyerbuan, Sintong mampu merancang pasukan anti teror pertama dalam Korps Baret Merah dan berhasil melakukan pembebasan sandera pesawat dengan waktu yang singkat tanpa ada satu sandera pun yang terluka.
© 2023 Kantor Jurnal dan Publikasi UPI
Keywords
References
Boy, B, dkk. (2020). “Penggunaan Kekuatan Komando Operasi Khusus Tentara Nasional Indonesia dalam Mengatasi Terorisme di Indonesia”. Jurnal Peperangan Asimetris, 6, (1). 2.
Disjarah TNI AD. (2014). Pembebasan Sandera Garuda Woyla di Don Muang: Prajurit Baret Merah Mengharumkan Negeri. Bandung: Dinas Sejarah Angkatan Darat.
Disjarah TNI AD. (2015). 59th KOPASSUS Mengabdi untuk NKRI. Bandung: Cipta Graha Kreasi.
Ismaun. (2005). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung: Historia Utama Press.
Kartodirdjo, S. (1992). Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodelogi Sejarah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kuntowijoyo. (1995). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang.
Kusuma, dkk. (2019). “Indonesia dan Ancaman Terorisme: Dalam Analisis Dimensi Imaterial”. Jurnal Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora, 21, (3). 333-341.
Kopassus. (2009). Lintas Sejarah Pusdikpassus periode 1952-2009. Bandung: Kopassus.
Minurdin, S. & Mulyana, A. (2018). “Kiprah Komando Pasukan Sandhi Yudha dalam Operasi Militer di Indonesia Tahun 1971-1985”. Jurnal Factum, 7, (2). 241-254.
Sinaga, F. (2018). “Urgensi Pelibatan TNI dalam Operasi Militer Selain Perang dalam Menanggulangi Aksi Terorisme”. Jurnal Legislasi Indonesia, 15, (3). 237-247.
Subroto, H. (2009). Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando. Jakarta: Kompas.
Surya, A. (2016). Analisa Kekuatan Tentara Nasional Indonesia dalam Menangani Serangan Terorisme Melalui Studi Kasus Pembajakan Pesawat Garuda Indonesia Airways DC-9 “Woyla”. (Skripsi Sarjana tidak diterbitkan). Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Udayana, Bali.
Tempo. (2015). Benny Moerdani Yang Belum Terungkap. Jakarta: Redaksi Tempo.
DOI: https://doi.org/10.17509/factum.v13i2.31312
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2024 Universitas Pendidikan Indonesia
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.