REPRESENTASI PERPUSTAKAAN DALAM SERIAL ANIMASI AVATAR: THE LAST AIRBENDER
Abstract
Film merupakan salah satu media representasi yang dapat menggambarkan sesuatu, termasuk perpustakaan. Mengkaji representasi perpustakaan dalam media seperti film menjadi penting untuk dapat mengetahui konsep perpustakaan yang berada dalam pikiran masyarakat. Artikel ini membahas representasi perpustakaan dalam serial animasi Avatar: The Last Airbender dengan menunjukkan fungsi dan komponen perpustakaan yang digambarkan dalam serial animasi tersebut.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode semiotik Roland Barthes yaitu hubungan analisis sintagmatik dan paradigmatik untuk melihat unsur naratif, seperti alur, tokoh, dan latar. Data diperoleh dari kalimat-kalimat dialog dan adegan yang menunjukkan serta menggambarkan perpustakaan. Unit analisis yang digunakan adalah satuan teks atau sekuen. Perpustakaan direpresentasikan sebagai sebuah gedung yang memiliki fungsi untuk menyimpan koleksi dengan nilai informasi yang penting. Komponen perpustakaan yang muncul dalam representasi adalah pengguna, koleksi, sarana dan prasarana. Komponen pustakawan dan dana tidak tampil dalam representasi.Hilangnya komponen pustakawan dalam representasi menggambarkan bahwa peran pustakawan masih dianggap kurang penting dalam masyarakat. Representasi yang paling menonjol adalah perpustakaan yang digambarkan sebagai gudang ilmu pengetahuan. Representasi juga menunjukkan bahwa informasi merupakan aset yang sangat penting untuk dilindungi.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Avatar: The Last Airbender (n.d.). Diakses dari: http:// www.imdb.com/title/ tt0417299/
Badovinac, B., Juznic, P. (2011). Aspects of representation of library and information science. New Library World. 112 ( 7/8), 293-312.
Beaver, F. (2015). Dictionary of Film Terms: The Aesthetic Companion to Film Analysis. 5th ed. New York: Peter Lang.
Goodfellow, T. (2000). The Depiction of American Public Libraries in Film. Diakses dari http://www.angelfire. com/oz/tomgoodfellow/LibrariesinFilm.htm
Hall, S. (2013). Representation: Cultural Representations and Signifying Practices. 2nd ed. London: Sage Publications.
Johnson, P. (2018). Fundamentals of Collection Development and Management. Fourth Edition. Chicago: ALA.
Laksmi, Sosetyo-Salim, T., Imansyah, A. (2011). Manajemen Lembaga Informasi: Teori dan Praktik. Jakarta: Penaku.
Mattern, S. (2014). Library as Infrastructure: Reading room, social service center, innovation lab. How far can we stretch the public library? Places, June. Diakses dari https:// placesjournal.org/article/library-as-infrastructure/?cn-reloaded=1
Mayesti, N. (2018). Library Scenes in Indonesian Movies: Discourse of Marginal Space. Proceeding International Conference on Library, Archives, and Information Sciences 2018. Depok: Universitas Indonesia, October 29.
Mcmenemy, D. (2009). The Public Library. London: Facet Publishing.
Mickiewicz, P. (2016). Infrastructure and Future Library: A Reflection on Scaffolding, Hard and Soft. Spheres: Journal for Digital Cultures, June. Diakses dari http://spheres-journal.org/infrastructure-and-future-library-a-reflection-on-scaffolding-hard-and-soft/
Republik Indonesia. (2007). Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
Rubin, R.E. (2016). Foundations of Library and Information Science. 4th ed. Chicago: ALA.
Suwarno, W. (2011). Perpustakaan & Buku: Wacana Penulisan & Penerbitan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Zaimar, O. (2014). Semiotik dan Penerapannya dalam Karya Sastra. Jakarta: Komodo Books.
DOI: https://doi.org/10.17509/edulib.v9i1.16356
DOI (PDF): https://doi.org/10.17509/edulib.v9i1.16356.g9710
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 Edulib
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.